Minggu, 28 Juni 2009

CARA RASUL MENANAMKAN AKIDAH

Semua rasul Tuhan memberitahukan kepada umatnya masing-masing akidah sebagaimana yang tersebut di muka dan mereka menempuh cara yang semuanya dapat dikatakan mudah, ringan dan gampang, mudah dimengerti, dipahami dan diterima. Mereka menyuruh umatnya supaya mengarahkan pandangan mereka ke kerajaan langit dan bumi. Untuk itu akal pikiran mereka digerakkan supaya suka mengenang serta merenungkan tanda-tanda kekuasaan Tuhan, fitrahnya dibangunkan agar jiwanya dapat menerima tanaman dengan mempunyai perasaan yang teguh lagi cocok dalam beragama dan selain itu diajaknya pula merasakan suatu alam lain yang ada di balik alam semesta yang dapat dilihat ini. 
Di atas landasan sebagaimana di atas itu pulalah Rasulullah saw. menanamkan akidah itu dalam hati dan jiwa umat yang terbesar ini. Beliau menyuruh agar pandangan dan pemikiran mereka ditujukan ke jurusan ini. Akal mereka digerakkan dan fitrah mereka dibangunkan sambil mengusahakan penanaman akidah itu dengan memberikan didikan, lalu subur dan kokoh, sehingga dapat mencapai puncak kebahagiaan yang dicita-citakan. Rasulullah saw. dapat mengubah umat yang pada mulanya penyembah berhala dan patung, pelaku syirik dan kufur menjadi umat yang berakidah tauhid, mengesakan Tuhan semesta alam. Hati mereka dipompa dengan keimanan dan keyakinan. Sementara itu beliau dapat pula membentuk sahabat-sahabatnya menjadi pemimpin-pemimpin yang harus diikuti dalam hal perbaikan budi dan akhlak, bahkan menjadi pembimbing-pembimbing kebaikan dan keutamaan. Lebih dari itu beliau telah membentuk generasi dari umatnya sebagai suatu bangsa yang menjadi mulia dengan sebab adanya keimanan dalam dada, mereka berpegang teguh pada hak dan kebenaran, pada saat itu umat yang langsung di bawah pimpinannya adalah bagaikan matahari dunia, di samping sebagai pengajak kesejahteraan dan keselamatan pada seluruh umat manusia. 
Allah Taala membuat kesaksian sendiri bahwa generasi mereka itu benar-benar memperoleh ketinggian dan keistimewaan yang khusus, sebagaimana firman-Nya, ?Kamu semua adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kebaikan, mencegah kemungkaran dan beriman kepada Allah.? (Q.S. Ali Imran:110) 
Keimanan yang dimiliki oleh sebagian sahabat beliau mencapai tingkat yang dapat dikatakan, ?Andai kata tabir disingkapkan, tidaklah bertambah keyakinanku.? Maksudnya ialah sudah penuh dan ada di puncak yang tertinggi, maka sekali pun tabir kegaiban terbuka, keyakinan itu tidak dapat ditambah lagi. 

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Harits bin Malik Anshari r.a. terdapat suatu gambaran yang gamblang, betapa dahsyatnya keimanan yang dimiliki oleh sebagian sahabat-sahabat beliau. Inilah gambaran yang cemerlang sekali mengenai keimanan seseorang. Diceritakan bahwa Haritsah berjalan melalui tempat Rasulullah saw. lalu beliau bertanya dengan sabdanya: ?Bagaimanakah keadaan engkau di pagi hari ini, hai Haritsah?? Haritsah menjawab: ?Saya sebagai seorang mukmin yang sungguh-sungguh.? Rasulullah saw. bersabda lagi: ?Pikirkanlah baik-baik apa yang engkau katakan itu, sebab segala sesuatu itu pasti ada kenyataannya. Maka dari itu, apakah kenyataan keimananmu?? Haritsah menjawab: ?Jiwaku tidak memperhatikan lagi keduniaan. Waktu malam saya berjaga dan waktu siang saya haus (artinya malam bangun salat dan siang berpuasa). Seolah-olah saya melihat arasy Tuhan. Seolah-olah saya melihat para ahli surga saling ziarah-menziarahi dan seolah-olah saya melihat para ahli neraka saling berteriak-teriak di dalamnya.? Rasulullah saw. lalu bersabda, ?Engkau sudah benar-benar mengerti, hai Haritsah. hendaklah engkau konsekwen dan konsisten.? Hadis ini diriwayatkan oleh Thabrani dengan sanad daif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar